Total Tayangan Halaman

Senin, 27 April 2015

Enjoy Being Single, life is too short to worry................


sumber: Google

"Helooooo? Umur segini masih single??"
"emang lo belom punya pacar na?"
"emang lo ga kepikiran mau nikah?"
"hah? lo traveling sendiri? makanya punya pacar biar ga sendiri!!"
"Kapan nikah?"
"kapan kita pesta?" (ya kalo mau pesta pesta aja sendiri ye, ngapain ngajak2 gue,huuh) 


Kalimat diatas adalah sebagian kalimat yang makin kesini makin seriiing saya dengar, dan tentu saja ditujukan buat saya!

Awal - awal tiap dengar kalimat begini pasti ada sedikit "kesal" tapi semakin hari semakin terbiasa dan yah saya sangat menikmati ke single an ini.

Buat apa kita stres dengan hal-hal yang diluar kendali kita? memang nyatanya belum menemukan pasangan yang pas kok, bukan menutup diri, saya mencoba untuk open relationship dengan beberapa teman lelaki saya, tapi ya mungkin emang belum jodoh atau mungkin saya yang belum siap.

Saya percaya, semua-semuanya sudah diatur sama Tuhan *tiba2religius*
Ada yang memang sudah diatur untuk nikah di umur yang relatif muda, ada yang menikah diumur yang kata orang "pas", ada juga yang baru dikasih jodoh di umur yang relatif dewasa.
Saya sendiri juga percaya ga ada yang namanya telat nikah atau pernikahan dini *keksinetronjamandulu* .
Nikah itu ya karena emang udah saatnya nikah.!

Lagian nikah itu bukan sebuah perlombaan kan?  Nikah itu bukan sekedar pamer foto prewed di luar negri, kemudian pamer kemesraan as husband and wife di dunia maya, atau pamer foto-foto bulan madu di sosial media lainnya *biar kelihatan update*

Menurut saya essence nikah lebih dari itu. Nikah itu harus BENAR-BENAR SIAP FISIK DAN MENTAL.

Anyway, saya punya 4 kakak (laki-laki) yang mana 3 diantarannya sudah menikah..
Mereka rata-rata menikah di usia yang relatif muda untuk ukuran laki-laki, yah memang saya salut kepada kakak saya yang sudah berani mengambil keputusan untuk berumah tangga.
Tapi hidup ga semulus sinetron atau derita dongeng, ada saat-saat mereka mengalami masa-masa sulit dalam berumah tangga, masa-masa adaptasi antara kedua belah pihak yang tak kunjung selesai. Dan saya selalu melihat sendiri (bukan ikut campur) apa masalah-masalah yang mereka hadapi, bagaimana mereka mencoba bertahan, dan sangat sering saya sebagai tempat mereka untuk berkeluh kesah, saya harus berusaha untuk support mereka tapi disisi lain saya harus mensupport diri saya supaya tidak down, takutnya berefek trauma pada diri sendiri. Jangankan kakak saya, orangtua saya pun yang sudah memasuki umur +55 kadang masih sering ribut, bahkan untuk hal-hal kecil, ada saatnya mereka seperti tidak mengenal satu sama lain padahal sudah hampir +30 tahun hidup bersama.

Ada saatnya kakak saya harus ke luar kota dan anak-anaknya dititipkan kepada saya, mau ga mau saya coba sebisa mungkin untuk menghandle semua ponakan saya, menjaga keponakan bukan untuk 1 atau 2 jam, tapi berhari-hari, saya anggap ini sebagai latihan terhadap diri sendiri, saya harus bangun pagi-pagi (biasanya bisa bangun agak siang) , kemudian menyiapkan sarapan untuk ponakan saya yang akan berangkat kesekolah, menyiapkan semua kebutuhan dia mulai dari mandi pagi, bantuin pakai baju sekolah, nge cek buku-buku dan keperluan sekolah lainnya, jangan sampai udah disekolah ternyata pencilnya tinggal dirumah, kemudian memberangkatkan kesekolah. Adik-adiknya mulai bangun, ada yang bangun karena emang bangun pagi, ada yang bangun karena pup, ada yang bangun karena lapar, saat saya sedang membersihkan pup salah satu ponakan saya, ponakan yang lainnya merengek minta dibuatin sarapan, setelah bersihin pup saya buru-buru membuat sarapan, kemudian mengganti pakaian, menemani bermain seharian, melerai kalau ada yang berantem karena memperebutkan mainan, menyiapkan makan siang, menyuapi makan (ini hal paling susah), saat adek2nya tidur, saatnya saya membantu yang kakak -an untuk menyelasikan tugas sekolahnya, selesai membantu mengerjakan PR, mulai merapikan rumah, baru ingin bernafas sebentar, mereka sudah bangun, saya harus menyiapkan air dan memandikan mereka satu-satu, membuat kan susu dengan selera yang masing-masing berbeda, menemanin mereka bermain lagi, menyiapkan makan malam, kemudian merapikan (ganti baju, dll) kemudian menidurkan mereka, ada yang cuma dikasih dot bisa tidur, ada yang harus diceritain dulu, ada yang harus dipeluk yah macem-macem kebutuhannya, ketika mereka mulai tidur saya mulai bernafas lega, membayangkan ke sibukan saya hari ini, dan membayangkan beginikah yang dilakukan setiap ibu setiap harinya??? *kecupibu2sedunia*

dari hal-hal seperti inilah saya sadar betul bahwa memang hanya 1 yang perlu disiapkan untuk pernikahan,, yup beneer PERSIAPAN FISIK DAN MENTAL, dan oooh GOD jujur saya belum siap di tahap itu.
Mungkin inilah yang Tuhan lihat kenapa saya belum dipertemukan dengan jodoh, saat ini saya hanya ingin menikmati masa single saya sembari menunggu jodoh yang Tuhan siapkan buat saya.

Fokus untuk belajar dan mengisi waktu dengan berbagai hal yang positif, traveling sebanyak mungkin, menyiapkan diri dengan belajar menjadi orang yang lebih baik setiap hari, menjadi orang yang lebih sabar, melihat berbagai masalah dan penyelesaiannya dari berbagai sisi, tetap menjadi penonton bagi kehidupan Rumah tangga kakak saya (menonton dan menjadikannya bahan pembelajaran), menjadi pendengar buat kakak saya, dan oh ya yang paling penting adalah menjadi pendengar buat orang tua saya.
Ketika kita masih kecil semua hal dalam diri kita tergantung pada orang tua kita, apapun yang kita alami orang tua kita lah yang kita cari, apapun yang kita butuh kita minta kepada orangtua kita.
Satu hal yang saya pelajari, saat semua anak-anaknya beranjak dewasa dan bisa mengambil keputusan sendiri, kadang-kadang kita lupa terhadap orang tua kita, apalagi setelah berkeluarga, orang-orang akan fokus pada keluarga masing-masing, dan lupa bahwa mereka punya orangtua yang makin lama makin merasa kehilangan akan anak-anaknya.
Ga ada yang perlu disalahkan, karena memang saat berkeluarga kita mengalami banyak hal pada keluarga kita sendiri, sehingga kadang lupa bahwa orangtuapun butuh perhatian dan butuh di dengarkan.
saya ga mau orangtua saya merasakan hal yang sama, jadi mumpung masih single biarlah sekarang saya menjadi pendengar mereka, disaat mereka butuh cerita dan ingin didengar, sedangkan kakak saya sibuk dengan semua urusannya, ada saya yang selalu mendengarkan mereka kapan pun mereka butuh tanpa harus disibukkan dengan urusan rumahtangga.


Dan aku tidak  khawatir, aku tidak khawatir karena umur, tidak khawatir karena teman-teman sudah banyak yang menikah, LIFE IS TOO SHORT TO WORRY...

Percaya pada Tuhan, semua proses yang diberikan kita jalani, kita nikmati dan bersiap untuk Surprice di bagian akhirnya..



sumber: google